Minggu, 12 Januari 2014
Semut yang Cerdas
Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam Miftahu Dari Sa’adah, berkata, “Perhatikanlah semut yang lemah ini. Perhatikan kecerdasan dan tekniknya agar terhindar dari kerusakan. Disana terkandung pelajaran dan tanda-tanda (kekuasaan Allah). Apabila ingin mendapatkan makanan, Anda lihat kelompok semut keluar dari lubang-ubangnya. Bila telah menemukan makanan, mereka lantas membuat jalan dari lubangnya ke makanan itu, dan mulailah mereka memindahkannya.
Ketika memindahkan makanan ini, Anda lihat mereka terdiri atas dua rombongan. Satu rombingan membawa makanan ke rumah, dan rombongan lain keluar dari rumah mereka ke makanan itu. Kedua rombongan itu tidak bercampur di jalan. Mereka seperti dua helai benang, seperti rombongan manusia yang pergi melalui rute dan rombongan lainyang pulang melalui rute sebelumnya.
Apabila beban makanan yang mereka bawa terasa berat, sekelompok semut berkumpul untuk saling membantu memikulnya, seperti sekelompok orang bersama-sama mengangkat sebuah batu atau kayu. Apabila hanya seekor diantara mereka yang menemukan makanan itu, teman-temannya membantu membawa ke sarangnya, lalu mereka pergi membiarkan dia menikmati makanan yang ditemukannya itu. Apabila yang menemukannya ramai-ramai, mereka bergotong royong membawanya lalu membaginya di depan pintu rumah.”
Di antara kecerdasan hewan ini, apabila mereka menyimpan biji di tempat tinggalnya, mereka membelahnya agar tidak tumbuh. Kalau kedua belah biji itu dapat tumbuh secara terpisan, mereka membelahnya menjadi empat. Apabila biji itu terkena embun atau basah dan dikhawatirkan rusak, mereka mengeluarkannya dan menjemurnya di bawah terik matahari lalu mengembalikannya lagi ke dalam rumah. Oleh karena itu, kadang anda melihat banyak biji berserakan di pintu rumahnya. Ketika Anda kembali beberapa saat kemudian, Anda tidak melihat ada sebiji pun.
Dalam hadits shahih, Nabi saw bersabda, “Dahulu ada seorang nabi berteduhdi bawah pohon, lalu seekor semut menggigitnya. Dia marah dan memerintahkan untuk mengambil peralatan, lalu memerintahkan supaya sarang semut dibakar. Setelah itu Allah menurunkan wahyu-Nya, ‘Karena seekor semut menggigitmu, engkau telah membakar satu umat yang bertasbih. Kenapa tidak kamu bunuh seekor saja yang telah menggigitmu?! (H.R. Bukhari Muslim).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar