Pada masa kecilnya, ia dididik oleh ayahnya sendiri dalam mempelajari Al-Qur’an, di samping berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Kemudian ia belajar kepada ulma-ulama pada zamannya. Untuk memperdalam ilmu agama dan kesusastraan Arab, ia pindah ke Kairo. Di san ia menjadi sastrawan dan penyair ulung. Kemahirannya di biadang sastra (syair) ini melebihi para penyair pada zamannya. Karya-karya kaligrafinya juga terkenal indah.
Disebabkan karen kelumpuhannya, suatu hari Al-Bushiri mengarang sebuah syair yang berisi pujian-punjian kepada Rasulullah saw. Syair itu kemudian dikenal dengan Kasidah Burdah. Tujuan syair tersebut adalah memohon syafa’at Rasulullah saw. Setelah syair itu dibuat, di dalam tidurnya ia bermimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad saw. Dalam mimpinya itu, Nabi saw mengusap wajahnya, kemudian nabi melepaskan jubahnya dan mengenakannya ke tubuhnya. Dan saat ia bangun dari mimpinya, seketika itu juga ia sembuh dari penyakitnya.
Syair yang beliau karang memang sangat indah. Beliau menggambarkan bahwa Nabi Muhammad saw diutus ke dunia untuk menjadi lampu yang menerangi dua alam, yaitu manusia dan jin, serta pemimpin dua kaum, yaitu arab dan bukan Arab. Beliau bagaikan permata yang tak ternilai, pribadi yang tergosok oleh pengalaman kerohanian yang tinggi. Al-Bushiri melukiskan tentang sosok Nabi Muhammad seperti bait 34-59 berikut.
Muhammad adalah raja dua alam, manusia dan jin
Pemimpin dua kaum, Arab dan bukan Arab
0 komentar:
Posting Komentar